Minggu

Jemuranku

Panas tak kunjung datang,
hanya jemuranku yang mulai garang.
Minta untuk segera di jemur.

“Jem, tenanglah jangan ngambek.”, pintaku.

Jemuranku meronta-ronta,
kehilangan akal dia,
terus dan terus meronta.
Lalu aku duduk.

“Kau tak duduk?”, tanyaku pendek.

Tetap jemuranku terus
dan terus meronta-ronta.
Lebih keras lagi dia meronta-ronta,
dan buatku tersenyum kurus.

“Jem, kau tahu aku suka yang panas,
tak suka yang berawan. Sabarlah sedikit,
karena aku juga tidak sabar.”

(Juni, 2012)