Jumat

Ketika Larai

Ketika dirimu bangun.
Telingaku menjadi telaga,
pelepas dahaga setiap cerita.
Mulutku menjadi awan
peneduh terik derita.
 
Ketika dirimu tidur.
Telingaku menjadi rawa,
pelapas lelah setiap raga.
Mulutku menjadi mantra
penjaga lelap ceria.
 
Ketika telinga dan mulut ku
merangkak menuju malam.
Dirimu semakin larai ke belantara,
menjadi asmaradanta para atmaja.
 
(Juni, 2024)

Sabtu

Semakin Langit

Langit semakin dendam
pada manik-manik surau.
Sepohon telinga lumer
merendam diamnya sediam si tukang pamer.
Setangkai mata tergantung
dikerlip sorot nanar binar puting palung.
 
Langit semakin kalana
pada denai-denai dusta.
Serpihan gigi lunglai
dihamparan tunas terbengkalai.
Semerbak ludah mewangi
terbagi-bagi dalam abu yang mati.
 
Langit semakin geliang
pada dahak-dahak kerang.
Langit pun usai dengan semakin.
Semakin pun tak usai dengan langit.
 
Karena semakin tak ada usai kepada langit.
Sebab langit semakin uran-uran.
 
(Oktober, 2020)

Kamis

Pesan dari Masa Depan

Bila kematianku makin lekat.
Aku menitip pesan kepadamu, Kasih.
Rebahkan tubuhku dalam tanah yang tandus.
Kelak bila anakku dan anakmu telah tumbuh.
Bimbinglah mereka untuk menanam bunga di tanah itu.
Tubuhku akan menjadi hara untuk bunga mereka.
Jiwaku akan regah dan menjadi sari tawa-luka mereka.
Lalu, apabila kematianmu telah menggerepes bantal dan selimutmu.
Aku akan bernyanyi ara dan kelonan bersamamu menjadi kara.
 
(Mei, 2020)

Rabu

Kaki-kaki Lelaki

Ada seorang lelaki
yang lahir dan takdir meludahinya.
Dia berjalan dengan kaki-kakinya
kadang-kadang terjungkal,
dan tidur dipeluk tai sapi
di bahu jalan.

Kadang-kadang kaki-kakinya
terbang bila malam.
Tiap malam kaki-kakinya
masuk ke liang lahat Lala-nya.

Kaki-kaki lelaki itu
mengetuk ruang raung milik Lala-nya,
tak ada kematian yang didambakannya.

Mata hari menyebul keluar
diantara liang lahat Lala-nya,
kaki-kakinya pergi ngesot
untuk pulang ke tubuh lelaki itu.

Sepulang dari malam,
 kaki-kakinya sambat
dengan kopi
di atas peler lelaki itu.

"Ruang raung kosong.
Tak ada orang numpang lagi disana.
Kematian sudah pergi bersama harapan.
Sepertinya dia sudah terlena
akan kulminasi pikiran kepada hati.",
ucap kaki-kaki lelaki itu.

Kopi batuk sebentar
lalu meludah dalam peler lelaki itu, lalu berkata:
"Sudah kau cari ke sudut-sudut vagina Lala-nya?
Siapa tahu kematian masih tertinggal disitu."

Sebangun pagi tubuh lelaki itu.
Dia dandan dengan jas hitam buatan ibunya.
Lalu pergi kencing,
dan tidur lagi ke dalam kloset.
Kematian sudah menunggu telanjang disana.
Lelaki mencium kematian
sembari bertukar ludah dan air mata.
Air mata meluber muncrat ke pagar kloset.
Rumput-rumput yang ranum dan malu
suka ria berdansa hujan-hujanan air mata, mata air.

Ada seorang lelaki tenggelam ke dalam kloset.
Ada air mata menggenang menjadi mata air.

(Mei, 2019)

Sabtu

Raga Sasa Ku

Kami ucapkan terima kasih,
sudah menanak nasi untuk kami,
sudah memandikan kami,
sudah menyuapi kami,
sudah mendandani kami,
dan sudah mengantarkan kami
di ujung ranjang ini.
Selamat tinggal, Rasa.

rasa-rasa bangun dari ranjang,
pergi mandi,
dan pulang makan tanpa Rasa.
Selamat tinggal, Aku.

Rasa dan Aku sudah tanggal.

rasa-rasa main ranjang,
main mandi,
dan main makan tanpa apa.
Selamat datang, raga sasa ku.

(Maret, 2019)

Minggu

Murah

Ada yang menghuni dengan ramah.
Ada yang menghuni dengan marah.
Ada yang menghuni dengan haram.
Ada yang menghuni dengan raham.

Rumah untuk orang-orang lelah.

(Januari, 2019)

Sabtu

Sarang Tawon

Di kepalamu 
ada sarang tawon yang besar dan rapuh. 
Bertengger dengan rapih
diantara batang dan daun kepalamu.

Sekali aku lewat depan kepalamu.
Kepalaku dibuat terusik 
oleh sarang tawonmu itu.
Dua kali aku lewat depan kepalamu.
Kepalaku ingin mengusik
sarang tawonmu itu.

Sesekali pula aku usik sarang tawonmu.
Aku lempari dengan krikil
dibawah pohon kepalamu.
Duduakali lagi aku usik
dengan melempari api ke sarang tawonmu.
Api itu ku pungut dibawah pohon kepalamu.

Seketika itu sarang tawonmu pecah.
Ratusan tawon bungah
keluar dari kepalamu.
Ratusan madu meluber keluar
membasahi batang kepalamu
dan memenuhi kolam pot kepalamu.

Aku pun melompat 
pada kolam pot kepalamu. 
Menyelam dalam madu milikimu.
Arus dalam kolam pot kepalamu
sungguh tenang.

Aku melihat sebuah sarang tawon kecil
dalam kolam pot kepalamu.
Aku sentuh dengan jari kecilku. 
Lalu, retak dan berlubang sarang tawon kecil itu.

Semua madu dikolam pot kepalamu, 
batang kepalamu, dan daun kepalamu 
tersedot dalam sarang tawon kecil itu.

Aku pun terhempas dari kepalamu, 
dan melihat kepalamu mulai kering.
Tiba-tiba diantara batang kepalaku dan daun kepalaku
tumbuh seekor tawon, dan membuat sarang tawon dikepalaku.

(Maret, 2018)