Selasa

Sama

Mafia hukum,
hukum saja.
Karena hukum
tak mengenal siapa.

Aku kepising,
ngising saja.
Karena ngising
tak mengenal siapa.

Aku kepuyuh,
nguyuh saja.
Karena nguyuh
tak mengenal siapa.

Aku ngentut
ngentut saja.
Karena ngentut
tak mengenal siapa.

Sama-sama.
Sama saja.
Sama ada.
Sama.

(Juli, 2016)
Terinspirasi dari lagu milik Navicula
yang berjudul Mafia Hukum.

Kamis

Sajak Bolong

Ada sebongkah patung batu
berdiri di pinggir jalan.
Saban hari di kencingi asu,
dan itulah diri ku, terabaikan.

(Juli, 2016)

Rabu

Dua Puluh Juli

Sudah tiga atau empat,
aku mengucap selamat.
Untuk diri mu,
melaju dengan waktu.

Waktu mu
lagi-lagi melaju.
Sudah terpaut belasan,
sejak keluar dari rahim kesayangan.

Sudah tiga atau empat,
aku selalu mengucap selamat.
Selalu ada bingkisan lagi,
yang nempel pada senyum pagi.

Senyum mu
lagi-lagi nempel.
Pada bingkisan ku,
yang khusus buat mu.

Tak akan ku beri
untuk saat ini,
dan juga pada hari
dua puluh juli ini.

Akan ku beri
saat senyum mu
nempel lagi
di bibir mu dan bibir ku.

Aku juga tak  tahu kapan
bingkisan itu bisa kau miliki.
Untuk sekarang, kau  yang masih bantalan,
dengan sungguh pagi, ku ucapkan selamat sekali lagi.

(Juli, 2016)

Jumat

Malam Bulan Keenam

Mereka bertudung pedang,
dan bertasbih kebenaran.

Aku bertudung kutang,
dan bertasbih kenikmatan.

Mereka bersorak ria,
mengucap nama penguasa alam.

Aku mulut bersuara,
mengecup nikmat cinta satu malam.

Mereka mendobrak dengan pedang kebenaran,
membuat titik dari lahir.

Aku mendobrak dalam liang keperawanan,
membuat kapital dalam takdir.

Mereka prajurit berani mati,
kiriman dari penguasa tiran.

Aku malaikat tak akan mati,
kiriman dari Tuhan.

Mereka datang menusuk bayi,
dari perut hingga kepala.

Aku datang ke bumi,
membawa mani gembira, Maria.

(Juli, 2016)