Sarang yang sepi
semakin terang.
Ratusan semut semakin akrab dengan liang bayang.
Semut-semut hitam
yang tak punya kata pulang dan kenyang.
Semut-semut hitam yang selalu tersumpal bubur narima yang mala dan bangsai.
Semut-semut hitam yang semakin terkikis oleh parodi keluarga.
Semut-semut hitam yang terlilit benang manis senyum bapak dan anak.
Semut-semut hitam dengan pelan dan pasti sekali lagi hanya menjadi pajangan.
Semut-semut merah
yang tak punya kata serang dan menang.
Semut-semut merah yang selalu terkulai kepal yang gompal dan gontai.
Semut-semut merah yang menyalak terinjak roda-roda para pengayom.
Semut-semut merah yang terkencing-kencing oleh salakan fan berat pensiunan.
Semut-semut merah dengan pelan dan pasti sekali lagi hanya menjadi wewangian.
Rengga yang kalai
di sarang semut semakin bayang.
Sang Ratu semut bersuka-diam dalam senggama riang.
(Februari, 2024)
Ratusan semut semakin akrab dengan liang bayang.
Semut-semut hitam yang selalu tersumpal bubur narima yang mala dan bangsai.
Semut-semut hitam yang semakin terkikis oleh parodi keluarga.
Semut-semut hitam yang terlilit benang manis senyum bapak dan anak.
Semut-semut hitam dengan pelan dan pasti sekali lagi hanya menjadi pajangan.
Semut-semut merah yang selalu terkulai kepal yang gompal dan gontai.
Semut-semut merah yang menyalak terinjak roda-roda para pengayom.
Semut-semut merah yang terkencing-kencing oleh salakan fan berat pensiunan.
Semut-semut merah dengan pelan dan pasti sekali lagi hanya menjadi wewangian.
Sang Ratu semut bersuka-diam dalam senggama riang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar