Siang ini terik bulan
merasuk pada bangku-bangku kelas.
Meja-meja kelas ikut meronta menggigil
dalam balutan permadani kertas.
Singgasana depan kelas bergumam
merdu tanpa suara.
Lalu ribuan gagak keluar sesak
dari telinga-telinga.
Ribuan ngengat merangkak mundur,
dan memanjat tebing disetiap kelopak-kelopak mata.
Kepala-kepala mulai basah dan berdebum
dengan ombak dari depan kelas.
Siang ini terik bulan
mengetuk jendela-jendela kelas.
Lampu-lampu kelas ikut melompat
dalam rindangnya pohon beringin di depan kelas.
Tubuh-tubuh jejogetan dengan irama jazz
yang dilantunkan dari depan kelas.
Tas-tas merangsek masuk pada liang syahwat
dari setiap penari depan kelas.
Sungguh ribuan noda-noda papan tulis
mencekik rahim para lelaki,
dan menggigit zakar para wanita,
dan sang juru mulut hanya mringis dengan sebotol anggur.
“Abrakadabra kebal kibul.
Kibuli kibuli keca kecu.
Kecu-kecunan fafifu.”
Doa-doa aku lantunkan dari luar kelas
untuk mereka yang diperbutakan.
(Mei, 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar