Minggu

Ini Semua Untukmu, Ayu!

Aku pun tak berhasrat
saat semua terjerat.
Hatiku mulai berkarat
saat melepasmu sungguh berat.

Hatiku berjamur
saat melihat sepasang janur.
Janur melengkung saling menegur,
pencari cinta akhirnya gugur.

Wahai cinta
katakan padanya
aku punya rasa
kan kutunjukkan pada dunia.

Di pagi hari
ia mengucapkan janji
janji sehidup semati
yang membuat ku iri.

Hidupku menjadi mati
merana karena cinta ini.
Jati diriku pergi
sebagai seorang lelaki.

Ini kisahku.
Ini kepedihanku.
Ini karenamu.
Ini semua untukmu, Ayu!

(Desember, 2012) 

Selasa

Sang Duta

Sang Duta malam
datang berair garam
mengumpat kapal karam
kepadaku si anak haram.

Sang Duta siang
berceloteh senang
menikam tenang
kepadamu si anak girang.

Sang Duta pagi
mencaci-maki gigi
memakan otak kiri
kepadaku si anak tiri.

Pergilah Sang Duta
sambil mengunyah tawa,
dan meninggalkan sore ini
kepada kami yang menanti.

(Desember, 2012)

Rabu

Secarik Hadiah

Ini satu untukmu,
ada satu untukku.
Kau satu selalu,
Kau satu jiwaku.  

Dulu dan sekarang,
terasa tak hilalng.
Satu tatap pandang,
Tersirat dengan senang.

Bertambah angka
menjadi tonggak dewasa.
Waktu pun berkurang,
ku yakin kau tetap senang.

Jogja-Magelang
sejengkal tanah lapang. 
Ini secarik hadiah
untuk usiamu penuh berkah.

Aku malu bila mata dan mulutku
beradu dendang dan berkalut biru.
Berjabat tangan denganmu,
menambah sedetik inspirasiku.

(Oktober, 2012)

Sabtu

Minta Tisu

Saya boleh minta tisu
untuk mengelupas tangis
di muka patung pahlawan itu.

(November, 2012)

Jumat

Bijak

Bijak untuk sementara
tetapi bijak itu sara.
Si Bijak bukan lagi pamong praja
Si Bijak lagi pengen  jadi pangreh praja.

(Oktober, 2012)

Rabu

Aku Tahu

Aku tahu kenapa aku hanya membisu
saat kau bersama dengannya.
Karena aku adalah hujan di sore hari,
dan engkau adalah mentari berselimuti pelangi.
Setelah  kau mendapatkan pelangi,
aku hanya menjadi satu dengan tanah basah.
Tetapi tetap engkau adalah pelangi dimataku,
dan ijinkan aku tetap menjadi hujan di sore hari.
Dan engaku tetap menjadi warna cinta
dalam pelangi yang kulihat sore hari.  

(Oktober, 2015)

Minggu

Aku Hitam, Aku Putih

Hitam pekat
tak merekat
Putih bersih
tak risih

Hitam Hitam
menerjang gelap
malam kelam
tak mendekap

Putih-Putih
Kilau-Kilau
gelap tertindih
terang bercericau

Hitam-Putih
Putih-Putih
Putih-Hitam
Hitam-Hitam

Hitam menerjang Putih
Putih mendekap Hitam
Hitam bercumbu Putih
Putih bermadu Hitam

Sayang, Hitam
Sayang, Putih
Bukan, kelam
Bukan, perih

Hitam ada
Putih ada
mereka sama
walau tak serupa

Hitam itu Cinta
Putih itu Cinta
Mereka itu Cinta
Mereka saling bercinta

Aku Hitam
Aku Putih
cinta semalam
menjadi buih

Putih dan Hitam
berlari di Samudera malam
Hitam dan Putih
berlayar menabur benih

Tunggu…, tunggu…, Kataku!!!
Kalian… bercumbu…
Kalian… bermadu…
Ah….ASU!!!

Hitam, Kau dulu kelam
menjerit di tengah malam
Surya pun Kau bungkam
hingga menggigil demam

Putih, Kau adalah terang
menembus malam laksana pedang
dan Kau tak terlihat garang
tetapi Kau siap menerjang

Tak peduli siang atau malam,
Kalian saling menerkam
peluh berkucuran, raga bergumam
tapi jiwa saling mengancam

Aku Merah mengganas
Singa pun kalah beringas
Aku senang jiwa kalian panas
Namun, sekarang selaras

Tidak!!! BAJINGAN…!!!
Kalian…
membuatku lebam
hingga padam

oh… tidak!!!
Aku merah beringas
Ah…tidak!!!
lebur tertebas

Aku Hitam dan Putih
Kau Merah merintih
itu terasa perih
karena Kau terus berdalih
 
Wahai Merah padam
Aku Putih dan Hitam
hanya bisa siang dan malam
datang untuk mengucap salam.

Salam cinta kami dari siang,
memelukmu si merah garang.
Salam cinta kami hingga malam,
membawamu ke laut dalam.

(Agustus, 2012)

Rabu

Tak Punya Ke(malu)an

Mobil hitam berkilat selalu ada di kandang
Wajahmu bagaikan anjing menjilat ludah kucing
Kata-katamu selalu melambung tinggi
Seakan-akan kau memang orang berotak dangkal
Dompetmu dapat membawamu bermain odong-odong diluar negeri
Namun terkadang gelak tawamu membisukan tangisan para pencari uang receh
Terbesitkah kata malu dalam benakmu
Atau hanya kata kemaluan yang engkau turuti
Kemaluanmu engkau pertontonkan saat sidang
Kemaluanmu engkau pertontonkan di khalayak umum
Tapi kenapa kamu malu mempertontonkan kebusukanmu

Hei!!! Anjing, letakan jabatanmu dalam diri orang-orang pencari uang receh
Receh mereka lebih berguna dibandingkan kemaluanmu yang tak punya malu

Malu mu kini akan menjadi sia-sia saja
Saat kemulanmu kau pertontonkan di layar kaca
Jujur, kau terlihat tak punya kemaluan

Negeri ini bukan negeri impian
Negeri ini penuh penderitaan
Negeri ini bukan negeri mimpi
Negeri ini penuh korupsi

Saat suara itu kau acuhkan
Saat kemluanmu hanya menjadi bahan ejekan
Saat itu malu mu hanya menjadi sampah 

Dan saat itulah kau turun dan kau turuti para pencari uang receh
Receh mu tak berarti bagi mereka 
Malu mu menjadi beban mereka
Tapi jujur mu anugerah bagi para pencari uang receh

(Juli, 2012)



Minggu

Jemuranku

Panas tak kunjung datang,
hanya jemuranku yang mulai garang.
Minta untuk segera di jemur.

“Jem, tenanglah jangan ngambek.”, pintaku.

Jemuranku meronta-ronta,
kehilangan akal dia,
terus dan terus meronta.
Lalu aku duduk.

“Kau tak duduk?”, tanyaku pendek.

Tetap jemuranku terus
dan terus meronta-ronta.
Lebih keras lagi dia meronta-ronta,
dan buatku tersenyum kurus.

“Jem, kau tahu aku suka yang panas,
tak suka yang berawan. Sabarlah sedikit,
karena aku juga tidak sabar.”

(Juni, 2012)

Selasa

Rasa, rasa itu

Rasa :
marah
cinta
membuat gerah bergairah,

sedih
senang
mencuat perih
mengusarkan tenang,

galau
risau
terharu malu
menangkap rindu,

rasa itu
mengisi dada
dalam setiap relung kalbu
bisa dan tidak bisa dengan kata
hanya bisa membisu
di dalam raga
dan pekat menjadi satu. 

(April, 2012)

Senin

Kau, Kau, Kau, dan Aku

Kau,
dekap Aku dengan rindu.
Hempaskan Aku dalam kalbu
menangkap rupa
dalam asa
yang indah tiada tara.

Kau,
Menyelam dalam buku,
menjual seorang ibu
meludah dengan haru
dari serpihan debu
yang  selalu menari menjadi kelu.

Kau,
adalah kamu.
Hatiku,
mencair untukmu.

Dan Aku,
terlena dalam rasa
yang terus mengadu
menghimpit mendesak dalam dada.

(Maret, 2012)